Impian seseorang setelah menikah tentu saja adalah memiliki anak, namun ternyata tidak semua pasangan yang sehat dikaruniai anak langsung setelah menikah. Kebanyakan pasangan harus menunggu beberapa bulan hingga puluhan tahun untuk bisa memiliki anak.
Hal itu tidak diperoleh dengan mudah, beberapa pasangan yang belum memiliki anak melakukan berbagai macam cara untuk bisa memperoleh keturunan mulai dari cara medis hingga cara alternatif. Di artikel ini kita hanya akan berbicara mengenai cara medis.
Untuk bisa memperoleh keturunan dengan cara medis, ada beberapa cara yang bisa dipilih:
1. Dengan pemberian obat kesuburan (laki-laki dan wanita)
2. Inseminasi buatan
3. Bayi tabung
Bayi tabung adalah cara terakhir yang ditempuh oleh pasangan suami istri yang tidak berhasil dengan cara satu dan dua. Tentu saja bayi tabung adalah pilihan terakhir karena cara ini adalah cara yang paling rendah tingkat keberhasilannya tapi juga paling mahal biayanya. Tapi untuk pasangan yang sudah sangat merindukan anak, tentu harga tidak menjadi kendala.
Sebenarnya bayi tabung adalah suatu teknik rekayasa reproduksi yang memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Karena tingginya tingkat kerumitan dan teknik pelaksanaannya maka banyak yang gagal dalam pelaksanaannya.
Program bayi tabung ini disebut juga dengan istilah reproduksi diluar rahim. Jadi pertemuan antara benih jantan dan benih betina bukan dalam rahim ibu, namun dari dalam tabung pemeriksaan laboratorium. Di dalam laboratorium itu, benih jantan dan betina dipertemukan untuk kemudian dilakukan proses pertemuan dan terjadi proses penyatuan.
Kegagalan tersebut bisa terjadi mulai dari saat pengambilan benih jantan maupun benih betina dimana benih tersebut bisa saja sensitif terhadap udara sehingga tidak tahan dan mati tidak lama setelah pengambilan. Selain itu, jika kedua benihnya sehat, belum tentu proses penyatuan benih ini berhasil, karena bisa saja terjadi proses penolakan sehingga benih jantan tidak mau menyatu dengan benih betina.
Terakhir adalah pada waktu memasukkan benih hasil proses penyatuan ini ke dalam rahim ibu. Pada saat pemasukan benih ini, bisa saja rahim ibu belum siap atau tidak siap menampung benih ini. Dinding rahim yang terlalu tipis dan kurang tebal akan menyebabkan benih hasil proses penyatuan ini tidak lengket di rahim ibu dan akhirnya proses bayi tabungpun gagal.
Karena tingginya kemungkinan terjadinya proses kegagalan tersebut, maka bagi mereka yang ingin mengikuti proses bayi tabung jangan memiliki harapan terlalu tinggi sebab angka kegagalan menggunakan cara ini jauh lebih tinggi dibandingkan angka keberhasilannya.